TAMBANG TUMPANG PITU PENGHILANG BENTENG ALAMI
TAMBANG
TUMPANG PITU PENGHILANG BENTENG ALAMI
Tambang
emas Tumpang Pitu merupakan salah satu raksasa pertambangan emas di Indonesia
diolah oleh PT. Bumi Suksesindo (PT. BSI), berlokasi di Desa Sumberagung,
Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dengan wilayah yang berdekatan
dengan pesisir pantai selatan Pulau Jawa. Industri pertambangan ini digadang –
gadang dapat menjadi sumber income besar untuk pendapatan daerah kabupaten Banyuwangi
dan mampu mensejahterakan masyarakat khususnya daerah sekitar dengan
pemanfaatan sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja sektor pertambangan
terampil.
Tumpang
Pitu terus - terusan menjadi buah bibir masyarakat karena banyaknya polemik dan
isu – isu yang terus terjadi mulai dari isu yang berkedok politik, budaya,
ekonomi hingga dalam isu masalah lingkungannya sendiri dimana tambang emas Tumpang
Pitu berada pada topografi Pegunungan yang letaknya bersebelahan dengan Pantai selatan
Pulau Jawa. Fungsi alami dari Gunung Tumpang Pitu sendiri merupakan benteng
alami dari Tsunami, dan yang awal mulanya merupakan area hutan lindung dialih
fungsikan sebagai hutan produksi. Menteri Kehutanan RI, Zulkifli Hasan, lewat
Surat Nomor SK.826/Menhut-II/2013 yang ditanda tanganinya pada 19 November
2013, menurunkan status Tumpang Pitu, dari hutan lindung menjadi hutan
produksi. Zulkifli Hasan menurunkan status Tumpang Pitu, setelah ada usulan
dari Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas. Usulan Bupati Anas tersebut
tertuang dalam surat nomor 522/635/429/108/2012, tanggal 10 Oktober 2012.
Realita
kenyataan yang diperoleh dalam kehidupan sehari – hari oleh masyarakat dan
lingkungan alam sekitar area tambang tidak sesuai dengan ekspektasi yang
disepakati, vegtasi hutan yang terus digerus oleh tambang menambah daftar merah
pertambangan Tumpang Pitu, lereng gunung yang semakin lama semakin menuju ke
puncak dan menghilangkan semua tanaman yang ada digantikan dengan tanah gersang
dan alat berat yang terus bekerja. Miris, dari lepas pantai, Tumpang Pitu mulai
hilang gagahnya. Ketinggian yang terus menurun tiap bulannya.
Pertambangan Tumpang Pitu sangatlah berani
mengambil resiko mengeruk pengasilan sebesar mungkin dengan melawan alam. Merombak
habis penangkal tsunami yang bisa saja terjadi sewaktu – waktu. Aksi
protes terus gencar dilaukan oleh para aktivis sekitar dan menolak dan memaksa
untuk menghentikan proses pertambangan di Gunung Tumpang Pitu ini. Akankah kita
diam dengan kerakusan ini? Hanya satu kata, “lawan”. Mari kita lawan kombinasi
pemodal-penguasa yang telah melawan hukum alam ini.
Komentar
Posting Komentar